LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
PERSILANGAN MONOHIBRID
TUJUAN
Melihat pewarisan satu sifat beda pada keturunan ke-1 (F1)
dan keturunan ke-2 (F2).
Mengetahui perbandingan fenotip F2 pada persilangan mutan
ebony dan normal Drosophyla melanogaster.
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies
yang sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohIbrid ini sangat berkaitan
dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini
berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan
disegresikan kedalam dua anakan.”
Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat
melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga
sampai saat ini di dalam persilangan monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I.
Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum diketahui sifat
keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam
nukleat yang membina bahan genetic itu. Mendel menyebut bahan genetic itu hanya
factor penentu (determinant) atau disingkat dengan factor.
Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu
memiliki genotif heterozigot. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada
kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing
pergi ke satu gamet (Yatim,1986).
2.
Monohibrid Pada Tumbuhan
Karakter batang tinggi yang dominant terhadap batang rendah
berlaku pada umumnya tumbuhan, termasuk jagung. Pada jagung juga dikenal adanya
karakter pertumbuhan batang seperti tebu. Pada jamur roti neurospora dikenal
pula karakter warna mycelium yang merah dominant terhadap yang putih.
3.
Monohibrid Pada Hewan
Pada marmot, seperti juga pada hewan lainnya, gen dominant
menyebabkan pigmentasi normal dan alelnya menyebabkan albino. Marmot yang
berpigmentasi normal adalah yang berbulu hitam. Dikawinkan marmot hitam dengan
marmot albino. Anak-anaknya semua hitam. Jika anaknya itu dikawini sesamanya
maka akan menghasilkan hitam : putih 3 : 1.
4.
Monohibrid Pada Manusia
Semacam bahan kimia sintesis bernama PTC, ada segolongan
orang yang bisa mengecapnya akan merasakan pahit dan segolongan orang yang
tidak bisa mengecapnya akan merasakan ambar. Rasa pahit disebabkan karena
adanya gen dominant.
Selain pengecapan banyak sifat lainnya yang mengikuti sifat
persilangan monohybrid, yaitu: polydactyly, phenylketonuria, gigi coklat
huntington’s chorea, crstic fibrosis.
Beberapa hal penting tentang perkawinan monoibrid:
·
Semua indifidu F1 adalah seragam.
·
Jika dominansi tampak sepenuhnya, maka indifidu
F1 memiliki fenotip seperti induknya yang dominant.
·
Pada waktu F1 yang heterozygote membentuk
gamet-gamet, terjadilah pemisahan alel, sehingga gamet hanya mempunyai salah
satu alel saja.
·
Jika dominasi nampak sepenuhnya, maka perkawinan
monohybrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan 3:1
·
Mutan ebony pada Drosophyla melanogaster
Perubahan perubahan dalam materi hereditas disebut dengan
mutasi (Tjan,1995). Mutasi adalah sumber utama dari semua variasi genetic,
karena menyediakan bahan baku bagi evolusi. Bila tak ada mutasi maka semua gen
akan satu bentuk, tak ada alelnya, sehingga tak mungkin mengadakan analisis
genetic. Dan yang penting lagi organisme tak mampu berevolusi dan beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan.
Ebony body colour pada Drosophyla melanogaster di sebabkan
oleh mutasi somatic pada kromosom ketiga. Sifat morpologi yang tampak pada
Drosophyla tersebut adalah tubuh tampak berwarna hitam.
ALAT DAN BAHAN
Botol kultur.
Sumbat busa.
Botol eter.
Eter.
Kuas kecil.
Loop.
Kertas tissue.
Medium.
Alat tulis dan label.
PROSEDUR
*
Ambil masing masing 5 pasang betina virgin dari
ebony dan jantan normal.
*
Masukkan lima pasang Drosophyla tersebut kedalam
botol yang telah diberi kertas tissue dan medium.
*
Setelah tujuh hari, terbentuk pupa, matikan
parental.
*
Hewan yang keluar diamati fenotipnya.
*
Pada medium baru silangkan antara F1 sebanyak 5
ekor.
*
Setelah tujuh hari matikan F1.
*
Amati hewan yang menetas, hitung F2 selama 8
hari berturut-turut.
*
Lakukan uji statistic untuk mengetahui apakah
persilangan ini benar.
VI. PERHITUNGAN
Perhitungan dilakukan dengan mengunakan metode chi square
untuk persilangan monohybrid.
Data dari hasil percobaan:
Normal: 279
Ebony: 74
Dengan perbandingan 3:1
Jumlah seluruh data : 279 + 74 = 353
PEMBAHASAN
Pada praktikum monohybrid disilangkan jantan ebony dan
betina normal yang menghasilkan F2 dengan perbandingan normal : ebony sebesar
4:1. perbandingan fenotip yang diharapkan seharusnya normal : ebony sebesar 3:1
berdasarkan hukum Mendel 1.
Wildan yatim, dalam bukunya yang berjudul genetika
berpendapat bahwa sesungguhnya ratio fenotip F2 3 : 1 hanya merupakan
perhitungan secara teoritis ratio ini diperoleh dari ratio genotipnya.
Sebetulnya dalam kenyataan sehari-hari, ratio fenotip yang didapat tidaklah
persis demikian. Kalau umpamanya spesies F2 yang dihitung adalah 1000 ekor,
maka tidak akan selalu persis bahwa yang normal 750 ekor dan yang ebony 250
ekor.
Makin dekat nilai ratio kenyataan, yang disebut o (
observation) terhadap ratio teoritis, yang disebut e (expected), makin sempurna
data yang dipakai, berarti makin bagus pernyataan fenotipnya.
Kalau perbandingan o/e mendekati angka satu berarti data
yang didapat makin bagus, dan pernyataan fenotip tentang karakter yang
diselidiki mendekati sempurna. Akan tetapi, jika o/e menjauhi 1, data itu buruk
dan pernyataan fenotip tentang karakter yang diselidiki berarti dipengaruhi
oleh suatu factor lain. Entah karena factor lingkungan atau jumlah objek yang
diamati terlalu sedikit.
Dari hasil perhitungan kami sebesar 3,17 berada di bawah data
yang tercantum pada tabel sebesar 3,84 berarti nilai ini masih dapat diterima.
Kami berpendapat bahwa jumlah objek sebanyak kurang lebih 300 ekor tidak cukup
untuk membuktikan perbandingan persilangan monohybrid. Telah diamati oleh
george Mendel bahwa makin banyak jumlah generasi yang dihitung, makin mendekati
ratio kenyataan terhadap ratio teoritis,.dengan catatan bahwa suasana
lingkungan dan genotip tidak berbeda.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan kita dapat menyimpulkan bahwa sifat
normal yang ada pada lalat buah dibawa oleh gen dominant dan sifat ebony dibawa
oleh gen resesif.
Perbandingan fenotip dari hasil percobaan 4 : 1 dengan
jumlah Drosophyla ebony sebanyak 74 dan normal 279,
Nilai yang diperoleh mengunakan metode statistic sebesar
3,17 tidak memenuhi ratio fenotip walaupun masih dapat diterima hukum Mendel 1.
Hal ini disebabkan karena jumlah objek yang diamati terlalu
sedikit, sehingga tidak bisa memenuhi perbandingan mendel 3 : 1
DAFTAR PUSTAKA
Brown, T.A.. 1993. Genetics A Molecular Approach. Department
of Biochemistry And Applicd Molecular, Umist, Manchester: United Kingdom.
Suryo. 1996. Genetika. Yogyakarta: UGM Press.
Tjan, Kiauw Nio. 1995. Genetika Dasar (Diktat). Bandung:
penerbit ITB.
Yatim, wildan. 1986. Genetika. Bandung: Penerbit Tarsito.
No comments:
Post a Comment
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.