Tuesday, August 14, 2012

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA PERSILANGAN GEN TERPAUT SEX PADA LALAT BUAH D. Melanogaster


LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
PERSILANGAN GEN TERPAUT SEX PADA LALAT BUAH
 D. Melanogaster


Disusun oleh :
Amalia Ratnasari
Kelompok B


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2011

PERCOBAAN III
PERSILANGAN GEN TERPAUT SEKS PADA LALAT BUAH
D. Melanogaster

A.    Tujuan
-          Untuk mengetahui parental botol nomor 27
-          Untuk mengetahui persilangan gen terpaut seks pada lalat buah (D. Melanogaster)
-          Bisa membuat bagan persilangan F1 dan F2 pada botol nomor 27
-          Membuat perbandingan chi kuadrat
-          Untuk membuktikan hukum morgan tentang pertautan seks

B.     Tinjauan Pustaka
Rangkai kelamin dalam bahasa inggris disebut sex-linkage ialah gen yang terletak pada kromosom kelamin. Dengan begitu karakter yang ditimbulkan gen ini diturunkan bersama dengan karakter kelamin.(yatim:2003)
Kromosom kelamin pada drosophila(kondisi XY)
1.      Jenis betina dari Drosophila melanogaster mempunyai empat pasang kromosom, masing-masing anggota dari pasangan itu serupa. Pasangan I berbentuk batang dan keduanya dikenal sebagai kromosom kelamin atau kromosom X.
2.      Jenis jantan mempunyai dua kromosom kelamin, satu berbentuk batang dan lainnya berbentuk kaitan atau bentuk J kromosom yang berentuk batang disebut “X” dan yang berbentuk kaitan disebut “Y”. hubungan kromosom ini disebut kondisi “X-Y”. semua kromosom-kromosom selain dari komplemen itu disebut autosom.(kusdiarti:2006)
 yang terpaut pada kromosom x tidak mempunyai alel pada kromosom y, akibatnya penurunan gen terpaut x agak lain dibandingkan dengan gen autosom. Karena tidak mempunyai alel pada kromosom y, maka gen terpaut kelamin dapat menunjukkan ekspresinya walaupun dalam keadaan tunggal, baik resesif maupun dominan. (sisunandar:2011)
Morgan berhasil menemukan adanya tautan seks dengan menyilangkan ♀ Drosophila Melanogaster bermata merah dengan ♂ Drosophila Melanogaster bermata putih. Menghasilkan F1 100% bermata merah. Kemudian F1 dikawinkan dengan sesamanya menghasilkan F2 yaitu 75% bermata merah dan 25% bermata putih. Tetapi semua keturunan F2 yang bermata putih hanya jantan. Hal ini menunjukkan gen yang menentukan warna mata Drosophila tertaut pada kromosom x.
Berdasarkan hasil di atas, morgan mengambil kesimpulan bahwa generasi yang menentukan warna putih itu hanya memperlibatkan pengaruh pada lalat jantan saja. lagi pula gen yang menentukan warna mata terdapat pada kromosom x.  (sisunandar:2011)

C.     Alat dan Bahan
Alat
-          Kuas
-          Kapas
-          Botol eterasi
-          Cawan petri
-          Botol kultur
-          Sterofom
-          Pipet tetes
-          Botol pembunuh
-          Sumbat gabus
-          Selembar kertas putih
-          Kaca pembesar
-          kapas
Bahan
-          lalat buah ( D. Melanogaster)
-          eter (dietil eter)
-          larutan sabun detergen

D.    Cara karja
1.      Memegang botol kultur dan menyentakkan ke bantalan sterofom secara perlahan-lahan.
2.      Membuka sumbat gabus botol kultur lalu dengan tangan kiri mempertautkan botol kultur dengan botol eterasi secara perlahan-lahan.
3.      Mengarahkan botol eterasi kearah sumber cahaya kemudian dengan tangan kanan memutar botol kultur agar lalat buah yang ada di botol kultur berpindah ke botol eterasi.
4.      Memegang botol eterasi yang masih mengarah kesumber cahaya kemudian segara menyumbat dengan gabus.
5.      Meneteskan 3-4 tetes eter(dietil eter) pada lubang yang diberi kapas pada botol eterasi.
6.      Setelah semua lalat pada botol eterasi pingsan maka lalat dipindahkan ke cawan petri.
7.      Melakukan perhitungan pada lalat yang berada di cawan petri dengan menggunakan kuas dan kaca pembesar.
8.      Jika dalam perhitungan lalat sadar kembali maka dibius lagi dengan cara meletakkan kapas pada cawan petri kemudian meneteskan 3-4 tetes eter(dietil eter) pada kapas tersebut.
9.      setelah perhitungan selesai maka lalat yang sudah dihitung dan tidak dipergunakan lagi dibuang dalam botol pembunuh yang berisi sabun detergen.







E.     Hasil
Pada botol nomor 27 diketahui bahwa:
1.      Parentalnya adalah 
 ♂ black                 ><                    ♀ White                
                  +           bb                                     w     w   


2.      Bagan persilangan.
♂ black                  ><                    ♀ white
          p       +           bb                                 w                  w    













 
          F1       +   w                 ><                  w                 
                     ♀ normal                                    ♂ white






 
            F2           +     w                   3+   = 3 ♀ normal
                                                     1 bb = 1 ♀ black
                      w     w                      3+  = 3 ♀ White
                              1 bb = 1 ♀ white black
                      +                              3 +  = 3 ♂ normal
                                                     1 bb  = 1 ♂ black
                      w                              3 + = 3 ♂ white
                                                     1 bb  = 1 ♂ white black
Maka diperoleh ratio generasi F2 adalah  3♀ normal : 1♀ black : 3 ♀ white : 1 ♀ white black : 3 ♂ normal : 1♂black : 3♂ white : 1♂ white black
3.      Perbandingan tabel chi kuadrat.

♀ normal
♀ black
♀ white
♀ white black
♂ normal
♂ black
♂ white
♂ white black
Jumlah
Jumlah individu yang diamati (ft)
113
20
85
13
56
17
60
18
382
Jumlah individu yang diharapkan(Ft)
x382
=71,62
x382
=23,87
x382
=71,62
x382
=23,87

x382
=71,62
x382
=23,87
x382
=71,62
x382
=23,87
381,96

Derajat kebebasan (dk) = 8-1
                                      = 7
Tabel chi kuadrat 14,067

X2 =  +  +  +  +  +  +  +
    =  +  +  +  +  +  +  +
    = 23,9 + 0,6 + 2,4 + 4,9+ 3,4 + 1,9 + 1,8 + 1,4
    = 40,3
Maka diperoleh Xhitung 40,3
Tabel chi kuadrat 14,067

-          Hipotesis
Dari data yang diperoleh  jika dibandingkan dengan tabel chi kuadrat (14,067) maka hasil tersebut lebih besar dengan tabel. Dapat disimpulkan Xhitung > X2tabel sehingga HO ditolak.
F.      Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada botol nomor 27 diketahui bahwa:
Parentalnya adalah black     ><   ♀ white.
                                 +       bb          w    w   

Setelah kedua parental dikawinkan maka diperoleh F1 yaitu
F1         +   w                    w          

            ♀ normal                 ♂ white     

Ini menunjukkan pembuktian hukum morgan yang  mengawinkan betina mata putih dengan jantan bermata merah. Hasilnya keturunan pada F1 menghasilkan semua  betina mata merah seperti induk  jantannya dan semua keturunan jantan bermata putih sama seperti mata induknya.
Ini merupakan satu contoh pola pewarisan berselang-seling. Individu laki-laki mewariskan sifat yang bertaut seks kepada cucu laki-laki melalui anaknya perempuan, tidak pernah melalui anaknya laki-laki. Sifat itu diwariskan menyilang atau bergantian dari satu jenis kelamin kepada jenis kelamin yang lain dari generasi ke senerasi. Fenotipe individu betina akan segera nampak pada anaknya jantan. (kusdiarti:2006)
Setelah dibuat bagan persilangannya kemudian F1 dikawinkan dengan sesamanya  maka diperoleh ratio generasi F2 yaitu
3♀ normal : 1♀ black : 3♀ white : 1♀ white black : 3♂ normal : 1♂ black:3♂ white: 1♂white black.
            Hasil persilangan gen terpaut seks sangat tergantung kepada fenotip pada setiap jenis kelamin parentalnya. Hal ini karena hewan betina mempunyai dua kromosom seks atau kromosom x, sedangkan bagi hewan jantan hanya mempunyai sebuah kromosom x saja. (sisunandar:2011)


            Dalam praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa parentalnya yaitu yang ♂ adalah black dan yang ♀ adalah white. Hasil yang diperoleh pada generasi F2  menunjukkan baik jantan maupun betina mempunyai genotif yang sama dengan presentasi jantan 50% dan betina 50%. Contohnya jumlah normal yang ♂ dan ♀ sama yaitu 3:3, jumlah black antara ♂ dan ♀ sama yaitu 1:1, jumlah white antara ♂ dan ♀ sama yaitu 3:3 dan jumlah white black antara ♂ dan ♀ sama yaitu 1:1.
            Jika parentalnya di ubah yaitu yang ♂ white dan yang ♀ black sudah pasti keturunan F1 dan F2nya tidak sama dengan percobaan yang telah dilakukan, hal tersebut karena hasil dari persilangan gen terpaut seks sangat tergantung dan dipengaruhi oleh kedua fenotif dari jenis kelamin parentalya.
Setelah dihitung perbandingan chi kuadratnya diperoleh Xhitung 40,3 yang mana hasil tersebut lebih besar dari pada X2 tabel yang mempunyai derajat kebebasan 7 yaitu 14,067. Atau dengan kata lain Xhitung > X2 tabel sehingga Hipotesis nol (Ho) ditolak. Yang artinya data yang diperoleh menyimpang dengan percobaan morgan atau hukum morgan.
                      Dari data yang diperoleh menunjukkan hasil praktikum tidak sesuai dengan hukum morgan, hal itu bisa di sebabkan karena :
-          kelalaian dalam menghitung lala buah (D. Melanogaster)  yang kurang teliti sehingga data yang diperoleh tidak valid atan tidak sesuai dengan tabel chi kuadrat.
-          Kurang atau sedikit lalat buah (D. Melanogaster) yang telah di amati.
-          Dalam proses perkawinan mengalami nondisjunction yaitu akibat dari kromosom yag tidak memisah pada anaphase dari meosis dan menyebabkan  penambahan atau pengurangan kromosom dalam gamet dan zigot. ( Kusdiarti:2006)






G.    Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
-          Parental pada  botol nomor 27 adalah ♂ black   ><    ♀ white.
                                                       +         bb           w    w    

-          Generasi  F1 yaitu yang  ♀ normal dan ♂ white,yang mana generasi F1   mempunyai fenotipe sama dengan parental yang ♂.
-          Generasi F2  diperoleh ratio perbandingan 3♀ normal : 1♀ black : 3♀ white : 1♀ white black : 3♂ normal : 1♂ black:3♂ white: 1♂white black.
-          Xhitung > X2 tabel
40,3 > 14,067 maka hipotesis nol ditolak artinya tidak sesuai dengan percobaan morgan atau tidak sesuai dengan hukum morgan.
-          Hasil persilangan gen terpaut seks dipengaruhi oleh fenotif jenis kelamin kedua induknya.


DAFTAR PUSTAKA
Kusdiarti,lilik. 2006. Genetika Tumbuhan cetakan ke-5. Yogyakarta: Gajah Mada University press.
Sisunandar. 2011. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto : Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Yatim wildan. 2003. Genetika Cetak Ulang Edisi Ke 5. Bandung: Tarsito

2 comments:

PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.